Menikah bukan pilihan yang mudah. Pilihan itu membutuhkan banyak
persiapan. Tak hanya kematangan fisik semata. Tetapi yang peling penting
adalah persiapan jiwa. Karena menikah adalah sebuah penyatuan jiwa yang
berbeda. Tak hanya berbeda jenis kelamin, tetapi juga berbeda dalam
banyak aspek kehidupan.
Lantas apa yang layak untuk menjadi jembatan bagi perbedaan-perbedaan
itu? Sesuatu yang dapat menyatukan dua jiwa yang berbeda pada banyak
aspek. Hal yang mampu melanggengkan ikatan cinta yang telah disimpul.
Hingga menjadi buhul kasih yang tak akan tercerai oleh apapun jua.
Mungkin komunikasi bisa menjadi jawabannya. Komunikasi adalah penyambung
antara banyak hal yang sebelumnya saling terpisah. Pun komunikasi
sering menjadi pemisah bagi banyak ikatan. Karena itu, jalinlah
komunikasi itu dengan baik. Utarakan segala sesuatu dengan jelas. Jujur
apa adanya. Tanpa bumbu ataupun ungkapan palsu. Sampaikan semua harapan
dan kelemahan dengan lembut. Ungkapkan ketidaksukaan dengan santun.
Sehingga kita saling mengenal dan mengetahui keadaan masing-masing.
Mungkin semuanya jauh dari apa yang kita angankan. Sosok yang kita
peroleh bukanlah tipe idaman. Disinilah keikhlasan menunjukkan perannya.
Terimalah segala apa apa terjadi dengan lapang dada. Jadikan tawakkal
sebagai perisai jiwa. Kembalikan semuanya kepada Yang Maha Kuasa.
Bukankah hidup dan jodoh
termasuk kedalam hal yang telah ditakdirkan.
Yakinlah Sang Penguasa Langit dan Bumi lebih tahu apa yang kita
butuhkan. Meski apa-apa yang baik disisiNya ternyata tak sesuai dengan
kecendrungan hati dan apa-apa yang buruk di hadapanNya sungguh sangat
diinginkan oleh syahwat.
Dengan keikhlasan, maka akan lahir kesediaan untuk menerima pasangan
kita apa adanya. Mungkin kita punya kriteria dan standar bagi calon
pendamping kita. Ternyata setelah menikah, sosok yang kita dapatkan
sungguh jauh panggang dari api. Apakah menyesal dan merutuk menjadi
solusinya? Itu bukan hal yang bijak. Pertama, berkacalah. Karena kita
adalah sepasang jiwa yang terpenggal. Maka penggalan itu akan sesuai
dengan penggalan lainnya. Seperti tentara yang akan berkumpul dengan
sesamanya. Lalu, sadarlah, tak ada gading yang tak retak. Tak ada sosok
yang sempurna. Jika banyak kekurangan yang terlihat pada sosok itu,
perhatikanlah, pasti banyak juga kelebihan yang dia punya. Maka
perbaikilah kekurangan itu hingga indah di mata cinta. Juga, jadikan
kelebihan yang ada sebagai mata air cinta. Yang semakin menguatkan
ikatan pernikahan. Karena menikah bukanlah mencari kesempurnaan, tetapi
menikah adalah mencari keselarasan.
Jumat, 09 Maret 2012
Tak Sempurna, Tapi Selaras
04.46
Aryadi Jr.
No comments
0 komentar:
Posting Komentar