
“Hahahahaha!” aku tertawa sambil membaca.
“Beni!
Katanya mau cari referensi tugas kimia, malah baca komik. Ini aku menemukan
buku dari rak sebelah, mau pinjam atau tidak? Kamu bawa kartu kan? Pokoknya
besok kamis, semua tugas kelompok pasti selesai. Asal kita kerjakan malam ini.
Yuhuuuu... setelah itu bebas tugas. PlayStation!” jelas Judi dengan nada
nyaring.
Judi orang yang simpel, punya banyak akal, tapi banyak juga yang gagal, hehehe.. Dari kelas 1 SMA sampai sekarang duduk di
kelas 2 - aku sering sekelompok, beda lagi kalau masalah bermain PlayStation – Judi jagoannya. Rasanya seperti dia sudah tau apa yang bakal terjadi di permainan itu. Tapi entah kenapa, sekalipun sebenarnya aku kurang suka main PlayStation, gara-gara Judi, aku jadi ikut-ikutan suka main game.
Judi orang yang simpel, punya banyak akal, tapi banyak juga yang gagal, hehehe.. Dari kelas 1 SMA sampai sekarang duduk di
kelas 2 - aku sering sekelompok, beda lagi kalau masalah bermain PlayStation – Judi jagoannya. Rasanya seperti dia sudah tau apa yang bakal terjadi di permainan itu. Tapi entah kenapa, sekalipun sebenarnya aku kurang suka main PlayStation, gara-gara Judi, aku jadi ikut-ikutan suka main game.
Sahabatku yang kedua adalah Bang
Jon, nama sebenarnya Jonathan. Bang Jon pemberani, badannya besar karena sehari
bisa makan lima sampai enam kali. Sebentar lagi dia pasti datang - nah, sudah
kuduga dia datang kesini.
“Kamu gak malu pakai kacamata hitam
itu?” Tanyaku pada Bang Jon yang baru masuk ke perpustakaan. Sudah empat hari
ini dia sakit mata, tapi tadi pagi rasanya dia sudah sembuh. Tapi kacamata
hitamnya masih dipakai. Aku heran, orang ini benar-benar kelewat pede. Aku
semakin merasa unik dikelilingi dua sahabat yang over dosis pada berbagai hal.
Kami pulang bersama berjalan kaki, rumah kami dekat dengan sekolah, Bang Jon dan Judi juga teman satu komplek perumahan. Saat pulang dari sekolah terjadi sesuatu.
Kataku dalam hati sambil lihat dari kejauhan “( Eh, itu... )”.
“Aku sangat kenal dengan rumahku sendiri...” aku mulai ketakutan saat seseorang asing bermobil terlihat masuk rumahku diam-diam. Karena semakin ketakutannya, aku tidak berani pulang kerumah.
“Ohh iya itu!” Judi dan Bang Jon setuju dengan ku. Judi melihatku seksama, ia tahu kalau aku takut berkelahi. Aku melihat Judi seperti sedang berpikir tentangku dan merencanakan sesuatu.
“Oke, Beni – kamu pergi segera beritahu satpam sekarang, Aku dan Bang Jon akan pergoki mereka lewat depan dan teriak .. maling... pasti tetangga keluar semua” bisikan Judi terdengar membuatku semakin ketakutan tak berbentuk.
Kami pulang bersama berjalan kaki, rumah kami dekat dengan sekolah, Bang Jon dan Judi juga teman satu komplek perumahan. Saat pulang dari sekolah terjadi sesuatu.
Kataku dalam hati sambil lihat dari kejauhan “( Eh, itu... )”.
“Aku sangat kenal dengan rumahku sendiri...” aku mulai ketakutan saat seseorang asing bermobil terlihat masuk rumahku diam-diam. Karena semakin ketakutannya, aku tidak berani pulang kerumah.
“Ohh iya itu!” Judi dan Bang Jon setuju dengan ku. Judi melihatku seksama, ia tahu kalau aku takut berkelahi. Aku melihat Judi seperti sedang berpikir tentangku dan merencanakan sesuatu.
“Oke, Beni – kamu pergi segera beritahu satpam sekarang, Aku dan Bang Jon akan pergoki mereka lewat depan dan teriak .. maling... pasti tetangga keluar semua” bisikan Judi terdengar membuatku semakin ketakutan tak berbentuk.
Karena semakin ketakutan, terasa
seperti sesak sekali bernafas, tidak bisa terucapkan kata apapun dari mulut.
“...Beni, ayo...satpam” Judi membisiku sekali lagi.
Aku segera lari ke pos satpam yang ada diujung jalan dekat gapura - tidak terpikirkan lagi dengan apa yang terjadi dengan dua sahabatku. Pak Satpam panik mendengar ceritaku – ia segera memberitahu petugas lainnya untuk segera datang menangkap maling dirumahku. Aku kembali kerumah dibonceng petugas dengan motornya. Sekitar 4 menit lamanya saat aku pergi ke pos satpam dan kembali ke rumahku.
Aku segera lari ke pos satpam yang ada diujung jalan dekat gapura - tidak terpikirkan lagi dengan apa yang terjadi dengan dua sahabatku. Pak Satpam panik mendengar ceritaku – ia segera memberitahu petugas lainnya untuk segera datang menangkap maling dirumahku. Aku kembali kerumah dibonceng petugas dengan motornya. Sekitar 4 menit lamanya saat aku pergi ke pos satpam dan kembali ke rumahku.
“Ya Tuhan!” kaget sekali melihat
seorang petugas satpam lain yang datang lebih awal dari pada aku saat itu
sedang mengolesi tisu ke hidung Bang Jon yang berdarah. Terlihat juga tangan
Judi yang luka seperti kena pukul. Satpam langsung menelpon polisi akibat kasus
pencurian ini
“Jangan kawatir... hehehe... Kita
bertiga berhasil menggagalkan mereka. Tadi saat kami teriak maling! Ternyata
tidak ada tetangga yang keluar rumah. Alhasil, maling itu terbirit-birit keluar
dan berpas-pasan dengan ku. Ya akhirnya kena pukul deh... Judi juga kena
serempet mobil mereka yang terburu-buru pergi” jawab Bang Jon dengan tenang dan
pedenya. Kemudian Judi membalas perkataan Bang Jon “Rumahmu aman - kita
memergoki mereka saat awal-awal, jadi tidak sempat ambil barang rumahmu.”
Singkat cerita, aku mengobati mereka
berdua. Mama Judi dan Ban Jon datang kerumahku dan kami menjelaskan apa yang
tadi terjadi. Anehnya, peristiwa adanya maling ini seperti tidak pernah
terjadi. “Hahahahaha... “ Judi malah tertawa dan melanjutkan bercerita tentang
tokoh kesayangannya saat main PlayStation. Sedangkan Bang Jon bercerita kalau
dia masih sempat-sempatnya menyelamatkan kacamata hitamnya sesaat sebelum
hidungnya kena pukul. Bagaimana caranya? aku juga kurang paham. Bang Jon kurang
jelas saat bercerita pengalamannya itu.
“( Hahahahaha... )” Aku tertawa
dalam hati karena mereka berdua memberikan pelajaran berarti bagiku. Aku tidak
mungkin menangisi mereka, malu dong sama Bang Jon dan Judi. Tapi ada pelajaran
yang kupetik dari dua sahabatku ini.
Arti persahabatan bukan cuma teman
bermain dan bersenang-senang. Mereka lebih mengerti ketakutan dan kelemahan
diriku. Judi dan Bang Jon adalah sahabat terbaikku. Pikirku, tidak ada orang
rela mengorbankan nyawanya jika bukan untuk sahabatnya ( Judi dan Bang Jon
salah satunya ).
0 komentar:
Posting Komentar